Secangkir Kopi

Pada sebuah cerita dimana hanya seorang guru yang tahu.

Thursday, December 23, 2010

Berikut dengan bunganya

Ada budi, ada balas. Kita gak akan lepas dari apa saja yang pernah kita lakukan. Apa yang baik akan mendapat balasan yang baik. Sedang yang buruk, tentu saja akan mendapat balasan yang akan menyiksa. Ini yang aku percaya. Siapa sih kita ini? Manusia biasa yang mengaku luar biasa!

Tidak saya saja. Semua orang akan merasakan. Hanya orang baik yang akan mendapat balasan yang baik. Kalau kebaikan  kita masih setengah-setangah, mumpung masih sempat menghirup udara segar, mari kita sama-sama melakukan gebrakan tuntas untuk 'hijrah'. Begitulah istilah yang aku dapatkan dari orang penting yang menjadi gacoanmu.

Aku tahu. Engkau telah meniadakan aku dalam pikiranmu. Bahkan sepertinya engkau telah menganggap tidak ada sama sekali. Siapa yang salah?

Mari kita tengok dulu. Aku harus ngelantur begini karena apa?

Labels: ,

Saturday, August 28, 2010

Hampir lupa cara berekspresi layaknya manusia

Dalam perhitunganku dia mulai mendapatkan posisi sebagai pendamping kepala sekolah sudah sekitar dua tahun. Terlihat enjoy betul dia menjalankan peranan baru, yang sepertinya memang diharapkannya. Banyak perubahan sikap yang tampak pada orang ini. Tidak ada yang lebih dia pikirkan kecuali bagaimana caranya si kepala sekolah menjadi senang dan bangga kepadanya. Dia berhasil. Semua pikirannya ditelan habis oleh kepala sekolah.

Egonya memang kuat. Dia mencari jalan, apapun caranya, agar segera mencapai impiannya. Jadinya ....

Bagiku sendiri, tidak peduli apakah dia akan meindapatkan posisinya atau tidak. Aku tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain. Sayangnya, di antara perubahan yang terjadi pada orang mengejar jabatan' ini adalah sikapnya yang semakin mengabaikan keberadaan orang lain.Sepertinya tidak ada orang yang dibiarkannya untuk berkiprah, berperan penting, dalam lingkarannya. Semua harus tunduk di kuasanya. Mereka yang tidak sejalan dan tidak mau mengakuinya akan dijadikan korbannya.

Labels: , ,

Tuesday, November 24, 2009

Manajemen sekolah yang tidak ramah

Menjadi pimpinan sekolah ternyata butuh kecerdasan sosial, selain wajib memiliki kecerdasan akademik yang tinggi. Dari kurun waktu sekian tahun berjalannya manajemen berbasis sekolah, ternyata masih banyak manajemen sekolah yang ketinggalan informasi dan masih mempertahankan kondisi status quo sehingga masih memiliki kecenderungan untuk tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam upaya memperbaiki kinerja sekolah dan memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada masyarakat, terutama para peserta didik.

Manajemen berbasis sekolah mengedepankan peranan stakeholders dalam menetapkan kebijakan sekolah, yakni dengan mengandalkan akuntabilitas dan transparasi pada sistem manajemen sekolah. Unsur-unsur stakeholders yang termasuk komite sekolah, kepala sekolah, guru, staff dan siswa seluruhnya terlibat untuk merekayasa ulang seluruh kebijakan sekolah agar terjalin kerja sama yang saling melengkapi dari berbagai kepentingan yang ada. Tidak ada satupun unsur-unsur stakeholders yang bisa diabaikan keberadaannya, meskipun berdalih demi kelancaran kinerja manajemen sekolah.

Beberapa kondisi timpang yang sering terjadi dalam penataan sistem manajemen berbasis sekolah antara lain adalah:
  1. Sikap pimpinan sekolah yang terlalu dominan untuk menentukan semua kebijakan di sekolah.
  2. Keberadaan komite sekolah hanya sekedar sebagai unsur pelengkap, tidak memiliki peranan yang jelas kecuali sebagai pengetok palu--merekomendasikan apa saja yang dianjurkan oleh pihak manajemen sekolah.
  3. Staff dan guru di sekolah tidak banyak dilibatkan dalam proses musyawarah dalam menentukan sebuah kebijakan sekolah. Mereka hanya berperanan sebagai pekerja di lapangan, dan tidak dirasa perlu untuk memberikan sumbangan pemikiran demi kemajuan organisasi sekolah.
  4. Konflik-konflik kepentingan di seluruh sistem sekolah dibahas dengan tertutup sehingga tidak banyak orang yang mengetahui rencana dan perkembangan permasalahannya.
  5. Sikap pimpinan sekolah yang tidak akomodatif terhadap aspirasi yang berkembang di antara unsur stakeholder. Dari persoalan ini, motivasi dan inisiatif kerja hanya berdasarkan kemauan manajemen.

Kondisi-kondisi di atas hanyalah sebagian dari begitu banyaknya persoalan yang sebenarnya ada. Bagaikan fenomena gunung es, kelemahan sistem manajemen di sekolah yang sebenarnya ada akan terakumulasi dengan resiko kegagalan layanan pendidikan yang bermutu.
Share/Save/Bookmark

Labels:

Sunday, October 25, 2009

Jangan, tidak usah sakit hati lagi!

Sudahlah. Tutup semua pintu hati yang menganjurkan kamu patah semangat, sakit hati dan tidak berdaya. Kamu kan punya Tuhan yang Maha Kuasa. Pasrah dan tawakal saja kepadaNya. Biarkan orang-orang yang sukanya bersombong diri dengan kekuasaannya. Mereka juga tidak akan lama menikmatinya.Sebentar saja, mereka pasti mendapatkan balasan dari Allah.

Apa sih kehebatan mereka dibandingkan dengan segala kekuasaan Allah? Hanya Allah yang Maha Kaya. Kini mereka berbangga diri dengan selembar kekuasaan yang ada di tangan mereka. Kini mereka bersikap ujub terhadap apa-apa yang bukan usaha mereka sendiri. Mereka bahkan termasuk orang tidak tahu malu dengan mengambil banyak hak orang lain demi memenuhi hasrat pribadi mereka sendiri.

Jangan khawatir. Rahmat dan anugerah Allah juga akan segera menghampirimu. Mereka akan mendapati kekecewaan apabila tiada ketulusan dalam setiap langkah mereka. Bukan kekuasaan yang akan membuat mereka bahagia. Bukan harta yang tidak karuan hak siapa yang akan membuat mereka kaya. Apabila mereka tidak mengetahui hak-hak orang teraniaya yang telah masuk ke dalam perut mereka, biarkan saja Allah yang akan segera memberikan peringatanNya. Biarkan. Tidak usah sakit hati. Serahkan semua kepada Allah yang Maha Membaca.

Labels: , , ,

Sunday, August 9, 2009

Menjadi guru yang efektif

Dari sebuah sumber, UNS Cybernews, disebutkan 20 ciri guru yang efektif dalam menjalani profesinya. Untuk lebih jelasnya, definisi guru efektif perlu sekali dijelaskan sebelumnya. Guru efektif bisa diartikan sebagai guru profesional yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik, membimbing dan mengantarkan siswanya ke dunia pembelajaran yang senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Ciri-ciri dari guru yang efektif bisa dibaca seperti berikut:
  1. Memiliki kadar pengetahuan yang maju di mata pelajaran spesialisasinya.
  2. Berpengalaman mengajar (paling sedikit tiga tahun).
  3. Mengajar dengan ucapannya jelas.
  4. Selalu bersikap antusias.
  5. Peduli terhadap lingkungan pendidikan.
  6. Berwajah ceria dan santai
  7. Siap bekerjasama dengan guru lain maupun orang tua siswa.
  8. Berniat memperbaiki kecakapan mengajarnya dan memajukan pendidikannya.
  9. Kelasnya secara struktural teratur baik untuk memaksimalkan waktu mengajar.
  10. Menempelkan aturan pada dinding kelas.
  11. Menempelkan karya semua siswa di dinding kelas.
  12. Menjaga waktu transisi antar kegiatan sesedikit mungkin.
  13. Masuk kelas dalam keadaan siap.
  14. Selalu memiliki dan memberikan dorongan positif.
  15. Memonitor dan menangani gangguan kecil di kelas.
  16. Suka berkeliling mengamati perkembangan siswanya.
  17. Mendisiplinkan siswa secara adil dan wajar
  18. Menyampaikan harapan akademik yang tinggi.
  19. Menunjukkan suatu tingkat perencanaan dan organisasi yang tinggi.
  20. Mengajar berdasarkan teori dan praktik pendidikan yang kuat.
Share/Save/Bookmark

Labels: ,

Monday, July 13, 2009

12 penyebab kegagalan pemimpin

Seorang pemimpin hadir untuk mengantarkan keberhasilan bersama, baik dia sebagai pemimpin maupun orang-orang yang dipimpinnya. Tentu saja tidak ada pemimpin yang mengharapkan kegagalan dalam memimpin. Kegagalan adalah dampak yang nyata dari ketidakmampuannya untuk menjalankan amanahnya. Sedikitnya ada 12 penyebab kegagalan pemimpin yang sudah dirangkum oleh Richard Denny dalam Motivate to Win. Secara sederhana kegagalannya terletak pada beberapa hal berikut:
  1. Ketidakmampuan merencanakan kerja secara rinci
  2. Keengganan melakukan apa yang diperintahkan kepada orang lain
  3. Mengharapkan imbalan dari apa yang diketahui, bukan apa yang dilakukan
  4. Takut bersaing dengan yang lain
  5. Tidak mampu berpikir kreatif dalam menetapkan tujuan dan menyusun rencana
  6. Terkena penyakit "aku', dengan ciri ego dan ambisi tinggi
  7. Terlalu cemas, merusak daya tahan dan vitalitas
  8. Tidak loyal kepada kolega atau partner kerjanya
  9. Memimpin dengan menyuntikkan rasa takut, bukan mendorong semangat
  10. Menekankan jabatan, bukan pengetahuan dan keahlian
  11. Gagal menghadapi kenyataan yang negatif
  12. Bersikap selalu benar, terlalu positif

Labels: ,