Menjadi pimpinan sekolah ternyata butuh kecerdasan sosial, selain wajib memiliki kecerdasan akademik yang tinggi. Dari kurun waktu sekian tahun berjalannya manajemen berbasis sekolah, ternyata masih banyak manajemen sekolah yang ketinggalan informasi dan masih mempertahankan kondisi
status quo sehingga masih memiliki kecenderungan untuk tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam upaya memperbaiki kinerja sekolah dan memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada masyarakat, terutama para peserta didik.
Manajemen berbasis sekolah mengedepankan peranan
stakeholders dalam menetapkan kebijakan sekolah, yakni dengan mengandalkan akuntabilitas dan transparasi pada sistem manajemen sekolah. Unsur-unsur stakeholders yang termasuk komite sekolah, kepala sekolah, guru, staff dan siswa seluruhnya terlibat untuk merekayasa ulang seluruh kebijakan sekolah agar terjalin kerja sama yang saling melengkapi dari berbagai kepentingan yang ada. Tidak ada satupun unsur-unsur stakeholders yang bisa diabaikan keberadaannya, meskipun berdalih demi kelancaran kinerja manajemen sekolah.
Beberapa kondisi timpang yang sering terjadi dalam penataan sistem manajemen berbasis sekolah antara lain adalah:
- Sikap pimpinan sekolah yang terlalu dominan untuk menentukan semua kebijakan di sekolah.
- Keberadaan komite sekolah hanya sekedar sebagai unsur pelengkap, tidak memiliki peranan yang jelas kecuali sebagai pengetok palu--merekomendasikan apa saja yang dianjurkan oleh pihak manajemen sekolah.
- Staff dan guru di sekolah tidak banyak dilibatkan dalam proses musyawarah dalam menentukan sebuah kebijakan sekolah. Mereka hanya berperanan sebagai pekerja di lapangan, dan tidak dirasa perlu untuk memberikan sumbangan pemikiran demi kemajuan organisasi sekolah.
- Konflik-konflik kepentingan di seluruh sistem sekolah dibahas dengan tertutup sehingga tidak banyak orang yang mengetahui rencana dan perkembangan permasalahannya.
- Sikap pimpinan sekolah yang tidak akomodatif terhadap aspirasi yang berkembang di antara unsur stakeholder. Dari persoalan ini, motivasi dan inisiatif kerja hanya berdasarkan kemauan manajemen.
Kondisi-kondisi di atas hanyalah sebagian dari begitu banyaknya persoalan yang sebenarnya ada. Bagaikan fenomena gunung es, kelemahan sistem manajemen di sekolah yang sebenarnya ada akan terakumulasi dengan resiko kegagalan layanan pendidikan yang bermutu.
Labels: leadership